Total Tayangan Halaman

Kamis, 09 Januari 2014

Wasis; Sepenggal Asa Seorang Anak Desa




Sepenggal Asa Seorang Anak Desa
Kehidupan memang tak memandang antara kaya dan miskin, semua akan merasakan bagaimana beratnya menjalani sebuah kehidupan. Namun kesenjangan social dalam sebuah lingkungan dimana kita berada akan selalu menjadi tamparan yang nyata hingga menjadikan beban dalam merajut asa menggapai sebuah mimpi. Keadaan itu tak luput melanda segi ekonomi keluargaku yang bisa dikatakan masih berada dalam posisi di bawah garis kemiskinan.
Semasa kecilku belum pernah terbesit tuk merasakan bagaimana kerasnya keidupan, bagaimana sulitnya mencari uang, yang terfikir hanya senang, senang dan senang. Dalam keluarga, aku termasuk anak yang terlambat masuk sekolah hanya karena perekonomian yang tidak mendukung. Untuk mendapatkan uang jajanpun aku harus turut andil dalam pekerjaan orangtua. Pendidikan keras dan disiplin yang diterapkan oleh orangtua semasa kecil membuatku merasa iri dengan anak-anak seusiaku yang mengisi harinya dengan keceriaan. Keluhan dan bantahan pernah ku lontarkan keorangtua, tetapi semua itu tak mengubah keadaanku, malah-malah hanya marahan orangtua yang aku dapati.
Seiring berjalannya keadaan yang serba pas-pasan membuatku terbiasa dengan keadaan seperti itu. Pola ajaran yang keras disiplin mampu menciptakan pribadi yang mandiri dalam jiwaku sehingga ide kreatif tuk mendapatkan uang tambahan banyak yang tertuang. Dari mencari sisa-sisa panen kedelai sampai mencari barang bekas yang terbuang pun pernah ku jalani demi mendapatkan uang meskipun tak semua anak akan mau melilih jalan seperti itu dan aku pun tak peduli apa kata orang tentang keberadaan ku yang seperti ini. Hasil dari usaha itu tak lantas hanya memenuhi keinginanku semata akan tetapi tuk membeli kebutuhan sekolah.
Sejak kecil harapan terbesarku adalah mampu tuk keluar dari garis kemiskinan yang keluargaku alami selama ini. Semasa Sekolah Menengah Pertama Alhamdulillah dari kelas 1 sampai kelas 2, aku mendapat beasiswa yang tentunya sangat membantu meringankan beban keuangan dalam keluarga, walaupun cap anak kuper melekat pada pribadiku. Celaan orang lain hanyalah angin lalu dalam hidupku dank u jadikan pelecut semangat tuk mampu membuktikan siapa diriku yang kini tak berada menjadi jauh lebih baik dari yang mereka pikirkan. Impian selama SMP adalah mampu meneruskan kejenjang yang lebih tinggi dan impian itu tertuju pada Sekolah Kejuruan dengan alas an setelah lulus langsung bisa bekerja.
Impian yang pernah ku tanam itu ternyata membuahkan hasil dengan diterimanya masuk di SMTI Yogyakarta meskipun jarak yang harus ku tempuh terbilang sangat jauh namun demi sebuah harapan dan cita-cita apapun rintangannya kan ku jalani semaksimal mungkin. Melihat banyak alumni yang setelah lulus, langsung mendapatkan pekerjaan, membuatku semakin segera mengakhiri perjuangan sekolah tuk bisa bekerja. Suatu ketika pernah pendidikan yang telah ku peroleh mengubah pandanganku tentang pekerjaan. Melilih untuk melanjutkan ke perguruan tinggi adalah agenda utama. Jalan diskusi dengan kedua orangtua dengan keputusan yang telah ku pilih ternyata mendapat tentangan dengan alasan masalah ekonomi keluarga. Aku hanya bisa pasrah dengan keadaan meskipun waktu itu tanpa sepengetahuan keluaraga, aku sudah diterima di salah satu universitas di Yogyakarta.
Berjalannya waktu aku mulai menerima keadaan yang memang belum bisa ku mengerti mengapa seperti ini, tetapi mungkin inilah jalan yang harus ku tempuh dalam meraih sukses. Jalan perubahan terlihat tatkala namaku tercantum dalam tes penerimaan karyawan di perusahaan swasta di Tangerang. Semagat yang dulu jatuh, berangsur-angsur terbangun tuk menatap masa depan. Setelah sekian hari menunggu pengumuman hasil tes, ternyata Alhamdulillah namaku termasuk yang diterima kerja di perusahaan swasta di Tangerang.
Keberangkatan menuju kota sebrang tuk mengadu nasib ku bekali dengan keyakinan suatu saat kesuksesan akan ku dapatkan. Semenjak bergabung dengan perusahaan swasta di Tangerang, kini perekonomian keluarga pun mulai sedikit demi sedikit mengalami perubahan yang membaik. Sampai saat ini banyak ilmu yang ku peroleh dengan bergabungnya dengan perusahaan swasta di Tangerang, bagaimana berorganisai dalam kelompok kerja, bagaimana mengatur waktu pekerjaan,  sosialisasi dengan karyawan lain, mempertanggungjawabkan pekerjaan dengan atasan serta bertanggungjawab dengan diri sendiri telah ku pelajari, tinggal bagaimana aku tuk melakukan perbaikan sehingga menjadi lebih dari hanya sekedar baik.
Dalam kehidupan yang telah ku jalani dengan berbagai rintangan yang ada dapat saya ambil kesimpulan bahwa kesuksesan itu bukanlah ditentukan dari tingginya kita mengeyama pindidikan, akan tetapi kesuksesan itu ada karena diri kita sendiri yang senantiasa berusaha tuk meraihnya dengan ketekunan karena hidup ini adalah sebuah pilihan yang harus kita ambil dan dari pilihan itu ada konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan tuk menunjukkan siapa kita dan seberapa besar arti dari adanya kita di dunia.

1 komentar:

  1. Haii
    Subhanallah bgt mas wasis yg 1 ni☺☺☺👍

    Smga smua cita2 mas drihoi Allah
    Allahuma aamiin☺☺☺

    BalasHapus