Sepenggal
Asa Seorang Anak Desa
Kehidupan
memang tak memandang antara kaya dan miskin, semua akan merasakan bagaimana
beratnya menjalani sebuah kehidupan. Namun kesenjangan social dalam sebuah
lingkungan dimana kita berada akan selalu menjadi tamparan yang nyata hingga
menjadikan beban dalam merajut asa menggapai sebuah mimpi. Keadaan itu tak
luput melanda segi ekonomi keluargaku yang bisa dikatakan masih berada dalam
posisi di bawah garis kemiskinan.
Semasa
kecilku belum pernah terbesit tuk merasakan bagaimana kerasnya keidupan,
bagaimana sulitnya mencari uang, yang terfikir hanya senang, senang dan senang.
Dalam keluarga, aku termasuk anak yang terlambat masuk sekolah hanya karena
perekonomian yang tidak mendukung. Untuk mendapatkan uang jajanpun aku harus turut
andil dalam pekerjaan orangtua. Pendidikan keras dan disiplin yang diterapkan
oleh orangtua semasa kecil membuatku merasa iri dengan anak-anak seusiaku yang
mengisi harinya dengan keceriaan. Keluhan dan bantahan pernah ku lontarkan
keorangtua, tetapi semua itu tak mengubah keadaanku, malah-malah hanya marahan
orangtua yang aku dapati.
Seiring
berjalannya keadaan yang serba pas-pasan membuatku terbiasa dengan keadaan
seperti itu. Pola ajaran yang keras disiplin mampu menciptakan pribadi yang
mandiri dalam jiwaku sehingga ide kreatif tuk mendapatkan uang tambahan banyak
yang tertuang. Dari mencari sisa-sisa panen kedelai sampai mencari barang bekas
yang terbuang pun pernah ku jalani demi mendapatkan uang meskipun tak semua
anak akan mau melilih jalan seperti itu dan aku pun tak peduli apa kata orang
tentang keberadaan ku yang seperti ini. Hasil dari usaha itu tak lantas hanya
memenuhi keinginanku semata akan tetapi tuk membeli kebutuhan sekolah.
Sejak
kecil harapan terbesarku adalah mampu tuk keluar dari garis kemiskinan yang
keluargaku alami selama ini. Semasa Sekolah Menengah Pertama Alhamdulillah dari
kelas 1 sampai kelas 2, aku mendapat beasiswa yang tentunya sangat membantu
meringankan beban keuangan dalam keluarga, walaupun cap anak kuper melekat pada
pribadiku. Celaan orang lain hanyalah angin lalu dalam hidupku dank u jadikan
pelecut semangat tuk mampu membuktikan siapa diriku yang kini tak berada
menjadi jauh lebih baik dari yang mereka pikirkan. Impian selama SMP adalah
mampu meneruskan kejenjang yang lebih tinggi dan impian itu tertuju pada
Sekolah Kejuruan dengan alas an setelah lulus langsung bisa bekerja.
Impian
yang pernah ku tanam itu ternyata membuahkan hasil dengan diterimanya masuk di
SMTI Yogyakarta meskipun jarak yang harus ku tempuh terbilang sangat jauh namun
demi sebuah harapan dan cita-cita apapun rintangannya kan ku jalani semaksimal
mungkin. Melihat banyak alumni yang setelah lulus, langsung mendapatkan
pekerjaan, membuatku semakin segera mengakhiri perjuangan sekolah tuk bisa bekerja.
Suatu ketika pernah pendidikan yang telah ku peroleh mengubah pandanganku
tentang pekerjaan. Melilih untuk melanjutkan ke perguruan tinggi adalah agenda
utama. Jalan diskusi dengan kedua orangtua dengan keputusan yang telah ku pilih
ternyata mendapat tentangan dengan alasan masalah ekonomi keluarga. Aku hanya
bisa pasrah dengan keadaan meskipun waktu itu tanpa sepengetahuan keluaraga,
aku sudah diterima di salah satu universitas di Yogyakarta.
Berjalannya
waktu aku mulai menerima keadaan yang memang belum bisa ku mengerti mengapa
seperti ini, tetapi mungkin inilah jalan yang harus ku tempuh dalam meraih
sukses. Jalan perubahan terlihat tatkala namaku tercantum dalam tes penerimaan
karyawan di perusahaan swasta di Tangerang. Semagat yang dulu jatuh, berangsur-angsur terbangun
tuk menatap masa depan. Setelah sekian hari menunggu pengumuman hasil tes,
ternyata Alhamdulillah namaku termasuk yang diterima kerja di perusahaan swasta di Tangerang.
Keberangkatan
menuju kota sebrang tuk mengadu nasib ku bekali dengan keyakinan suatu saat kesuksesan
akan ku dapatkan. Semenjak bergabung dengan perusahaan swasta di Tangerang, kini perekonomian
keluarga pun mulai sedikit demi sedikit mengalami perubahan yang membaik.
Sampai saat ini banyak ilmu yang ku peroleh dengan bergabungnya dengan perusahaan swasta di Tangerang, bagaimana berorganisai dalam kelompok kerja, bagaimana mengatur
waktu pekerjaan, sosialisasi dengan
karyawan lain, mempertanggungjawabkan pekerjaan dengan atasan serta
bertanggungjawab dengan diri sendiri telah ku pelajari, tinggal bagaimana aku
tuk melakukan perbaikan sehingga menjadi lebih dari hanya sekedar baik.
Dalam
kehidupan yang telah ku jalani dengan berbagai rintangan yang ada dapat saya
ambil kesimpulan bahwa kesuksesan itu bukanlah ditentukan dari tingginya kita
mengeyama pindidikan, akan tetapi kesuksesan itu ada karena diri kita sendiri
yang senantiasa berusaha tuk meraihnya dengan ketekunan karena hidup ini adalah
sebuah pilihan yang harus kita ambil dan dari pilihan itu ada konsekuensi yang
harus dipertanggungjawabkan tuk menunjukkan siapa kita dan seberapa besar arti
dari adanya kita di dunia.
Haii
BalasHapusSubhanallah bgt mas wasis yg 1 ni☺☺☺👍
Smga smua cita2 mas drihoi Allah
Allahuma aamiin☺☺☺